Senin, 15 Juni 2015

AMP: Hentikan Teror dan Intimidasi Terhadap Mahasiswa Papua

AMP Komite Kota Semarang dan Salatiga saat menggelar jumpa pers di Semarang. Foto: Ist.

Yogyakakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Aliansi Mahasiswa Papua, Komite Kota Semarang dan Salatiga meminta aparat untuk menghentikan aksi teror dan intimidasi yang dilancarkan terhadap mahasiswa Papua di Jawa dan Bali.

Dalam siaran pers yang diterima majalahselangkah.com, Senin (15/06/2015) siang, Sekretaris AMP komite kota Semarang dan Salatiga, Bernardo Boma menegaskan teror dan intimidasi terhadap mahasiswa Papua lebih terasa sejak awal bulan ini. 

"Kemarin  tanggal 1 Juni 2015 hingga saat ini, teror, intimidasi, pendekatan untuk menutup ruang demokrasi terhadap mahasiswa Papua Semarang dan Salatiga terus dilakukan oleh aparat keamanan dari bebagai satuan. Di Salatiga, pada tanggal 10 Juni kemarin ada 8 orang yang mengecek kontrakan-kontrakan tempat mahasiswa Papua tinggal dan meminta data-data mahasiswa Papua," tulis Boma dalam siara pers itu.

Ia mengaku sejak wilayah Papua dianeksasi ke dalam Indonesia, kehadiran negara di tanah Papua Barat bukan membawa perubahan tetapi sebaliknya, hanya membawa kehancuran di antara kehidupan rakyat Papua Barat yang kehidupannya aman dan damai dalam keharmonisan dengan menghargai kebersamaan di antara suku-suku di tanah Papua. 

Kehancuran itu, kata dia, sejak masuknya berbagai operasi kekerasan militer Indonesia di daerah pesisir maupun daerah pegunungan yang berujung mengacaukan tatanan kehidupan dan martabat orang Papua. Ratusan ribu rakyat Papua menjadi korban atas kekejaman militer Indonesia yang berlanjut hingga saat ini melalui berbagai kasus kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Ia mengaku, negara melalui pemeritah kota Semarang membentuk organisasi kemasyarakatan (ormas) sebagai organisasi tandingan AMP tetapi berhasil dibubarkan mahasiswa Papua. Tak berhenti sampai di situ, kata Boma, teror dan intimidasi masih terus dilancarkan hingga saat ini.

"Kemarin tanggal 11 Juni salah seorang yang tidak jelas indentitasnya menanyakan keberadaan Pengurus AMP dan sekretariat AMP Semarang lanjut lagi anggota BIN meminta data-data mahasiswa Papua disemarang kepada salah satu mahasiswa Papua," jelasnya
 
Dijelaskan Bernardo, meski teror dan intimidasi dilancarkan dengan berbagai cara, namun hal itu tidak akan menyurutkan semangat yang telah lama terpatri dalam jiwa setiap mahasiswa Papua. "Kami tidak akan pernah mundur, jiwa kami tidak takut dengan pendekatan-pendekatan dilakukan oleh aparat TNI/Polri. 
roh nenek moyang  pejuang kami terpatri di dalam jiwa kami. Kami akan tetap berjuang sampai kemerdekaan itu benar-benar terjadi di atas tanah Papua," tegas dia.

Pihaknya meminta negara menghentikan pendekatan melalui pemerintah daerah, TNI dan Polri untuk meneror mahasiswa Papua. Pihaknya juga mendesak rezim Jokowi-JK untuk membuka ruang demokrasi dan beri kebebasan pers bagi jurnalis asing serta menghentikan penangkapan, pembunuhan, pemenjarahan terhadap aktivis dan rakyat Papua. (MC2/029/MS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar