Ilustrasi TPN/OPM Wilayah Serui |
“Stop Kambing Hitamkan OPM”
SERUI-
Komandan Operasi TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional PapuaBarat) Kepulauan
Yapen, Maikel Merani membantah pernyataan pihak kepolisian melalui Kabid Humas
Polda Papua, Kombes Pol Patrige Renwarin (di Binpa 13 Februari 2015) yang
menyatakan bahwa pelaku penembakan warga sipil di kilometer 6-7 arah
Saubeba-Kontiunai, Distrik Angkaisera, Kabupaten Kepulauan Yapen, diduga
berasal dari kelompok bersenjata yang dipimpin Maikel Merani.
Kepada
wartawan di Serui, Senin (16/2) , Maikel Merani, dengan tegas membantah dan
mengklarifikasi hal tersebut. Dikatakan, pernyataan itu tidak benar, bahkan ia
menuding pernyataan itu sebagai upaya memutarbalik fakta yang sebenarnya. Ia
menuturkan, jika memang pelakunya adalah anggota dari kelompok TPNPB yang
dipimpinnya maka perlu dipertanyakan latar belakang dari penembakan terhadap masyarakat
sipil yang tidak bersalah itu apa?, apalagi korban tewas adalah seorang petani.
Ia juga mempertanyakan sejak kapan TPNPB punya mobil Toyota Avanza berwarna
putih yang digunakan untuk menghadang masyarakat di jalan untuk ditembak tanpa
alasan apapun.
“Penembakan
pada malam hari tanggal 11 Februari 2015 sebenarnya ditujukan untuk saya
(Maikel Merani-red), namun naas karena justru mengenai masyarakat sipil yang
hendak melakukan perburuan kus-kus saat itu. Sementara, pada saat kejadian,
saya sedang berada di rumah salah satu kerabat yang tinggal di Kampung
Kontiunai dan melihat sendiri ada mobil berwarna putih yang lewat pada saat
itu, dimana menurut informasi mobil tersebut milik aparat yang sering dipakai
mondar mandir di Kampung Kontiunai,”
katanya.
Ia juga mengungkapkan, pada malam
tanggal 11 Februari 2015 sebelum kejadian warga sipil ditembak mati, dirinya
dihubungi via telepon oleh 2 orang anggota Polsek setempat yang mengatakan agar
dirinya harus segera kembali ke Utara dikarenakan Tim Dalmas akan melakukan
penyisiran di Kampung Kontiunai pada malam tanggal 11 Februari 2015 lalu.
“Mengingat sejak pagi hingga malam hari
pada tanggal 11 Februari 2015, saya sedang mengunjungi kerabat di kampung
setempat dan rencananya akan kembali pada malam itu juga. Setelah diberi info
demikian saya tidak langsung meninggalkan Kampung Kontiunai mengingat baru saja
melihat mobil putih tersebut melewati kampung setempat menuju Saubeba. Sehingga
saya memilih tempat persembunyian alternative (dirahasiakan-red) dan beberapa saat
kemudian terdengar kabar bahwa di kilo 4 arah Kontiunai-Saubeba telah terjadi
penembakan terhadap seorang warga sipil yang diketahui bernama Sony Fairumbak
(33 tahun) yang saat itu hendak berburu kus-kus bersama saudara iparnya Y.S
(saksi mata-red),”
terang Maikel.
Maikel Merani dengan
tegas mengatakan, penembakan terhadap masyarakat sipil di Kontiunai tidak
berasal dari dirinya maupun anggota TNPB lainnya, karena warga sipil yang
ditembak masih merupakan kerabat dekat, sehingga tidak ada alasan kuat unttuk
membunuhnya dengan cara yang demikian sadis. Maikel juga menyampaikan ucapan
terimakasih dari kedua anggota polsek Wenawi yang sengaja memancingnya dengan
cara yang sedemikian rupa, namun perlu diingat bahwa rencana yang dibuat
manusia jika tidak di kehendaki Tuhan maka tidak akan terjadi. Ia juga
menghimbau kepada Polres Yapen agar jangan memutarbalikan fakta yang ada dan
mengkambing hitamkan OPM maupun pihak-pihak lainnya.
“Kami
berjuang untuk melindungi masyarakat Papua bukan untuk memusnahkan,
dan perlu dicek kebenarannya terkait kepemilikan senjata yang dikatakan Kabid
Humas Poda Papua Kombes Patrige Renwarin bahwa saya Maikel Merani
dilaporkan saat ini memegang satu pucuk senjata organik jenis SS1- V5,”
tuturnya.
Maikel kembali
menegaskan bahwa pihak kepolisian baik Polres Yapen maupun Polda Papua jangan
menciptakan persoalan baru guna mencari jabatan atau pangkat semata, karena
korban-korban dari tindakan ini hanyalah masyarakat sipil biasa.
“Saya
juga menghimbau kepada Gubernur Papua dan Ketua MRP agar jangan hanya
berdiam diri saja melihat masyarakat Papuadijadikan sasaran empuk oleh
pihak-pihak yang hanya mengejar pangkat maupun jabatan. Karena jika dibiarkan
demikian, maka masyarakat pribumi asli Papua akan habis lenyap secara
perlahan-lahan dari atas tanah sendiri. Selama ini OPM maupun TPNPB
selalu dikambing hitamkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,”
tegasnya. (seo/don/l03)
Source: Selasa, 17
Februari 2015 00:19, BinPa
0 komentar:
Posting Komentar