Perdana Menteri Papua Nugini (PNG), Peter O’Neill – Jubi/Victor Mambor
Jayapura,
Jubi – Perdana Menteri Papua Nugini (PNG), Peter O’Neill membuat pernyataan
yang membalikan pandangan tentang dukungan PNG terhadap perjuangan pembebasan
Papua Barat. Ia berjanji untuk berbuat lebih banyak berbicara atas nama
Melanesia untuk Papua Barat.
Jika
sebelumnya PNG selalu menghindar untuk menegaskan dukungan mereka terhadap
perjuangan Bangsa Papua, termasuk mengakui Papua Barat sebagai bagian integral
Indonesia, dalam pertemuan dengan para pemimpin PNG, Perdana Menteri PNG, Peter
OÕNeill membuat pernyataan dukungan pada Bangsa Papua Barat.
“Kadang-kadang
kita lupa keluarga kita sendiri, saudara-saudara kita sendiri, terutama di
Papua Barat,” kata O’Neill saat menyampaikan pidatonya pada pertemuan tingkat
pemimpin PNG di Port Moresby, Kamis (5/2/2015), di mana ia menjelaskan
kebijakan inti pemerintahnya untuk tahun 2015, termasuk pendidikan gratis,
peningkatan kesehatan dan memperkuat hukum dan ketertiban.
“Saya
pikir, sebagai negara, sudah saatnya bagi kita untuk berbicara tentang
penindasan rakyat kita di sana (Papua Barat),” kata O’Neill, seperti dikutip
harian PNG, The National edisi Jumat (6/2/2015).
Hingga
tahun 2014 lalu, dukungan negara-negara di Pasifik, terutama di kawasan
Melanesia (Melanesia Spearhead Group/MSG) terhadap perjuangan bangsa Papua
Barat untuk mendapatkan kebebasannya baru didapat dari Vanuatu Front Pembebasan
Rakyat Kanak (FLNKS). Pemerintah negara-negara MSG lainnya dinilai lambat
berbicara tentang pelanggaran HAK Asasi Manusia di Papua Barat. Terutama Fiji,
yang berusaha kuat memberikan status pengamat dalam MSG pada Indonesia.
O’Neill
mengakui penetrasi media sosial telah membuat masyarakata di pasifik menjadi
lebih vokal menyuarakan kegagalan pemerintah mereka untuk bertindak membantu
saudara mereka di Papua Barat.
“Gambar
kebrutalan orang-orang kita (Papua Barat) muncul setiap hari di media sosial,
namun kita tidak memperhatikan. Kita memiliki kewajiban moral untuk berbicara
bagi mereka yang tidak diizinkan berbicara. Kita harus menjadi mata bagi mereka
yang ditutup matanya. Sekali lagi, Papua Nugini adalah pemimpin regional. Kita
harus memimpin diskusi dengan cara yang lebih padat dan menarik,” kata O’Neill
lagi.
Ketua
Komisi HAM Republik Indonesia, Hafid Abbas, menanggapi pernyataan O’Neill ini,
berharap Pemerintah Indonesia meminta klarifikasi dari pemerintah PNG, atas
pernyataan O’Neill ini.
“PNG
tetangga kita. Kita harus bekerjasama dalam berbagai aspek pembangunan bersama.
Saya berharap Presiden, Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri, berkunjung ke
Papua Nugini untuk meminta klarifikasi,” kata Hafid Abbas. (Victor Mambor)
|
0 komentar:
Posting Komentar