OAPSNetwork — Rigo Wenda, Aktivis Papua dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB)ditikam oleh Anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Perumnas III Waena, Kota Jayapura, Selasa
(02/09) dinihari sekitar Pukul 04.25 WIT.
Aktivis yang
juga Mahasiswa salah satu Fakultas di Universitas Cenderawasih Jayapura itu
ditikam menggunakan sangkur. Adik kandung Rigo Wenda yang belum dikonfirmasi
identitasnya juga ditikam oleh Anggota TNI.
Sekjen KNPB,
Ones Suhuniap menjelaskan kronologis penikaman di akun Facebook-nya,
bahwa Rigo Wenda dan adiknya yang tinggal di Asrama Uncen (Rusunawa) Perumnas
III Waena sekitar Pukul 04.00 WIT menggunakan motor dan mencari rokok di
beberapa Kios di sekitar Perumnas III. Karena semua Kios sudah tutup, keduanya
kemudian mencari rokok ke Perumnas II Waena dan berhasil membeli sebungkus
rokok Surya 16.
Ketika
hendak kembali ke Asrama tempat tinggal keduanya, mereka dihadang dan dikeroyok
oleh sekelompok Anggota TNI Non-Organik yang sedang bertugas di Pos Perumnas
III Waena, tepatnya di salah satu Ruko yang dikontrak.
Rigo Wenda
ditikam dengan sangkur di paha kanan, dibawah lutut kanan, di bagian perut yang
menyebabkan isi perutnya keluar, dada bagian kiri dan telinga bagian kiri. Rigo
juga dipukul di kepala bagian belakang menggunakan popor senapan serbu jenis
SS1.
Saat berita
ini ditulis, Rigo VWenda sedang dalam keadaan kritis dan dirawat di RS Dian
Harapan Waena. Dia tidak bisa bernafas secara normal karena luka tikaman
sangkur di bagian dada cukup dalam. Sementara kondisi adiknya yang ditikam di
kaki belum berhasil dikonfirmasi media ini.
Akibat
penikaman brutal itu, para Anggota KNPB dan teman-teman kedua korban di Asrama
Uncen Perumnas III Waena memblokir Jalan Alternatif Waena-Entrop sejak Pukul
06.00 WIT. Mereka juga memalang Kampus Universitas Cenderawasih di Waena
sehingga aktivitas perkuliahan hari ini tidak berjalan.
Warga
sekitar Perumnas III Waena yang sudah muak dengan teror yang selalu dilakukan
oleh TNI secara spontan bergabung bersama Mahasiswa dan Anggota KNPB dan
melakukan aksi spontan di Gapura Uncen Waena. Mereka menuntut Pangdam
XVII/Trikora hadir mempertanggungjawabkan kejahatan anak buahnya.
Untuk
diketahui, KNPB adalah Media Perjuangan Rakyat Papua untuk memperjuangkan hak
politik Bangsa Papua secara damai dan bermartabat.
Organisasi
ini dibentuk di Jayapura pada tahun 2008 oleh beberapa Organisasi Gerakan
seperti Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Gerakan Perjuangan Pembebasan Perempuan
Papua Barat (GP3-PB), Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat (Front
Pepera-PB) dan satu Organisasi Paguyuban yaitu Aliansi Mahasiswa Pegunungan
Tengah Papua Se-Indonesia (AMPTPI).
Organisasi
ini berhasil mengembangkan sayapnya di hampir seluruh tanah Papua dan kemudian
membentuk Parlemen Rakyat yang dikenal dengan Parlemen Nasional West Papua atau
PNWP. Ketua PNWP saat ini dijabat oleh Buchtar Tabuni yang sedang berstatus
DPO.
Aksi-aksi
damai KNPB-PNWP, Propaganda Media, Boikot Pemilu dan tuntutan
Referendum sebagai solusi demokratis bagi persoalan Papua yang diusungnya
banyak mendapat simpati Masyarakat Papua dan dukungan Internasional. Hal ini
membuat pemerintah Indonesia mengambil langkah yang tidak lazim bagi
sebuah rezim di negara demokratis, yaitu mengkriminalisasi gerakan damai
tersebut dan membunuh banyak para pemimpinnya.
Mereka yang
dibunuh diantaranya Mako Tabuni, Hubert Mabel dan Viktor Kogoya. Mako
Tabuni dan Hubert Mabel ditembak mati tanpa proses hukum
sedangkan Viktor Kogoya dibunuh dengan cara diracuni
menggunakan jasa dokter.
Beberapa
pemimpin KNPB-PNWP seperti Buchtar Tabuni dan Victor Yeimo berulang kali
ditangkap dan dijerat dengan pasar makar bernuansa rasis kemudian dijebloskan
ke dalam penjara.
Buchtar
Tabuni, Danny Wenda dan beberapa pentolan lainnya saat ini berstatus
DPO versi Polda Papua dan berpotensi ditembak mati tanpa proses hukum.
Dari catatan
media ini, pembunuhan terbaru yang dilakukan rezim SBY terhadap pemimpin KNPB
adalah pembunuhan terhadap Ketua KNPB Sorong Raya, Martinus Yohame.
Yohame
dibunuh karena KNPB Sorong Raya berencana akan menggelar aksi demo
menolak kedatangan Presiden SBY dalam rangka acara Pembukaan Sail Raja Ampat di
Waisai tanggal 23 Agustus 2014.
Martinus
Yohame, pria gimbal yang berani dan orator ulung itu diculik tanggal 20 Agustus
2014 lalu, kemudian dibunuh dan jenazahnya diisi dalam karung goni
dan dibuang ke laut.
Jenazahnya
baru ditemukan tanggal 26 Agustus 2014 dengan kondisi yang mengenaskan dan
sulit dikenali oleh Anggota KNPB Sorong Raya dan
kerabatnya.
Penelusuran
berbagai pihak dan kronologis kematian Martinus Yohame yang dirilis berbagai media
menunjukan keterlibatan TNI dan Polri dalam penculikan dan pembunuhan
Martinus Yohame secara keji sebagai bagian dari pengkondisian
wilayah dalam rangka mengamankan dan menyambut kedatangan Presiden SBY di acara
Pembukaan Sail Raja Ampat 2014 di Waisai.***
Sumber: http://oapsnetwork.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar