Timika, KNPBNews – Parlemen Rakyat Daerah Mimika kembali melakukan Sidang
Darurat dalam rangka menyikapi Hari Pendidikan Nasional diatas territorial West
Papua, hari ini Jumat 2 Mei 2014 adalah dimana Republik Indonesia mlakukan upacara Hari
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, untuk itu Parlemen Rakyat Daerah
Mimika melakukan siding untuk menyikapi pendidikan yang sedang berkembang
di Papua Barat dari sejak 1 Mei 1963 setelah Papua dianesasikan.
Sidang Darurat ini diwarnai dengan diskusi
lepas mengangkut pendidikan di Papua Barat bersama Indonesia, kegiatan ini
dilakukan dari jam 11.00 sampai jam 04.00 sore hari. Berikut ini Pernyataan
Politik dalam rangka menyikapi Pendidikan Nasional di Teritorial West Papua,
yaitu adalah sebagai berikut:
PERNYATAAN POLITIK
Nomor :
B.6/PRDM/V/2014
Menyikapi Hari
Pedidikan Nasional RI di Atas Teritorial West Papua
Sejak
Wilayah dan Bangsa Papua Barat dianesasikan didalam bingkai NKRI dengan
kekuatan Militerisme pada 1 Mei 1963 segala penjajahan dijajah diatas tanah
West Papua, penjajahan dalam ekonomi, kesehatan, politik dan Penjajahan dalam
bidang pendidikan juga diterapkan secara sistematis sepertinya, Kurikulum
pendidikan yang disusun seharusnya sesuaikan dengan kondisi di Papua namun
semua krikulum disusun berdasarkan ideologi pancasila dan cara berpikir
Indonesia, Bangsa Indonesia memaksakan orang Papua memahami ideologi dan cara
hidup Bangsa Indonesia.
Seperti
Kurikulum di SD biasa belajar tentang cara hidup masyarakat Jawa
Indonesia, yaitu masyarakat Jawa pergi ke Sawa untuk tanam padi ini, atau Danau
Toba, pada hal di Papua tidak ada sawa, kemudian seharusnya anak-anak
Papua ajarkan tentang danau Sentani atau danau Paniai, namun yang terjadi
adalah orang Indonesia memaksakan anak-anak Papua mengerti barang yang
tidak pernah mereka lihat di Papua. Hal ini menandakan sistem penjajahan dalam
pendidikan diterapkan sejak dini.
Selain sejak dini
anak-anak Papua di wajibkan berbahasa Indonesia dan dilarang berbahasa daerah
pada hal di pulau jawa ada kurikulum mulok atau muatan lokal tentang bahasa
daerah dan kesenian namun kurikulum mulok tidak disusun dalam kurikulum. Hal
ini dilakukan untuk menghancurkan nilai-nilai indendintas bangsa Papua, supaya
orang Papua bisa berpikir seperti orang melayu Indonesia dan cara hidup mereka
dipaksakan di Papua Barat. Selain pasilitas pendidikan tidak memanday, dimana
SD di Kota Timika banyak yang belajar dalam tenda-tenda, di duduk diatas tanah,
peleh dengan kayu buah, ayang-ayang seperti foto berikut ini, itu kondisi
pendidikan di kota apalagi yang dikampung-kampung mengadakan proses belajar
mengajar di tempat ayang tidak lajak. Kemudian teori terlalu banyak namun
perakteknya tidak berjalan sehingga anak-anak didik yang dilahirkan tidak
berkualitas. Itu yang dilakukan oleh Republik Indonesia
terhadap anak-anak Papua sepanjang masa dari sejak 1 Mei 1963 Papua masuk dalam
Indonesia.
Pendidikan sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia bahkan tidak bisa dipisahkan sebab tanpa pendidikan manusia tidak bisa berbuat apa-apa. pendidikan sangat penting olehnya itu harus ditingkatkan baik pendidikan formal maupun non formal disegala segi kehidupan manusia agar dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar sehingga hakikatnya manusia memanusiakan baik dalam kualitas maupun kuantitas namun pendidikan dan kurukulum pendidikan tidak menentu anak-anak Papua yang sedang menimba ilmu.
Pendidikan sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia bahkan tidak bisa dipisahkan sebab tanpa pendidikan manusia tidak bisa berbuat apa-apa. pendidikan sangat penting olehnya itu harus ditingkatkan baik pendidikan formal maupun non formal disegala segi kehidupan manusia agar dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar sehingga hakikatnya manusia memanusiakan baik dalam kualitas maupun kuantitas namun pendidikan dan kurukulum pendidikan tidak menentu anak-anak Papua yang sedang menimba ilmu.
Jikalau kita melihat
era globalisasi ini terjadi suatu persaingan yang sangat tinggi sehingga untuk
bersaing disegala bidang harus dengan orang yang sudah berpendidikan. Kemudian
ada riil yang sedang terjadi di mana-mana adalah bahwa kerusakan moral sangat
tinggi karena pengaruh-pengaruh yang negativ dari luar maupun dari dalam dan
permasalahan ini terjadi karena kurangnya pendidikan. Dan tidak ada pengkaderan
pendidikan. Tidak biasa di siapkan beasiswa, sekalipun Otonomi Khusus berlaku,
yang disiapkan beasiswa adalah anak-anak koruptor kaki tangan NKRI yang duduk
diatas penderitaan bangsa Papua mereka yang menikmati.
Anak-anak asli Papua terus melarat Pendidikan dibawa tenda-tenda. Anak-anak asli Timika-Papua yang korban dari PT Freeport Indonesia di Timika wes Papua, anak-anak pemilik Tanah hidup berpendidikan di bawa tenda.- tenda…!! Sungguh ironis sumberdaya alam di Tanah mereka terus di kuras habis-habisan namun anak-anak pewaris ulayat dan pemilik tanah ini hidup berpendidikan di bawa tenda-tenda.
Anak-anak asli Papua terus melarat Pendidikan dibawa tenda-tenda. Anak-anak asli Timika-Papua yang korban dari PT Freeport Indonesia di Timika wes Papua, anak-anak pemilik Tanah hidup berpendidikan di bawa tenda.- tenda…!! Sungguh ironis sumberdaya alam di Tanah mereka terus di kuras habis-habisan namun anak-anak pewaris ulayat dan pemilik tanah ini hidup berpendidikan di bawa tenda-tenda.
Inilah wajah salah
satu SD Inpres 9 Irigasi-Timika di jantung kota Timika Jl. Hasanudin RT 24
Irigasi Pasar Sentral Timika-Papua Barat, terlihat anak-anak asli suku Mee,
Kamoro, Amungme, Moni, Damal, dan Nduga hidup belajar dibawa tenda-tenda. PT
Freeport Indonesia maupun Pemerintah Indonesia tidak memperhatikan kondisi
pendidikan ini. Ini hanya di kota apalagi yang di Pedalaman Papua.
Inikah Indonesia
selama 51 Tahun lebih menguasai tanah Papua, Indonesia selalu mengatakan dan
mengkampanyekan media masa tentang anak-anak papua berpendidikan baik namun
kenyataan di lapangan berbeda dengan kampanye pemerintah.
PT. Freeport Indonesia
milik Amerika serikat tidak pedulikan anak-anak asli pemilik ulayat atas
pendidikan mereka, tidak siapkan sarana prasarana sampai saat ini melarat
pendidikan diatas kekayaan alam yang melimpah. Indonesia pun mengintegerasikan
orang Papua bukan untuk membangun dan mensejatrahkan manusia Papua namun mereka
hanya mengiginkan kekayaan alam papua.
Manusia pemilik negeri
suku Amume, Kamoro, dan suku-suku lain disekitar Freeport juga hidup
dalam kemiskinan, anak-anak tidak sekolah baik karena biaya pendidikan, LPMAK
dikelolah oleh pendatang dan Intelijen, anak-anak yang ikut besasiswa
mengatasnamakan anak-anak 7 (tujuh) suku, yang ikut beasiswa adalah orang
pendatang yang kerja di LPMAK beserta anak-anak mereka yang kerja di
LPMAK saja yang diperioritaskan.
Tanah mareka sudah
dirampas oleh pemerintah dan perusahaan PT. FI di timikia akhirnya mereka
tersinggir jauh, dari layaknya hidup manusia, mereka kehilangan tanah sebagai
harta mereka, Pemerintah daerah dan perusahaan sampai saat ini tidak memikirkan
nasib anak-anak pemilik ulayat.
Apakah kita kita membiarkan kapitaalisme Amerika serikat dan indonesia
mengeploritasi kekayaan alam kita ? Jika kita biarkan mereka ambil sumberdaya
alam kita namun manusianya tidak dibangun bagaimana nanti nasib anak cucu kita
di masa yang akan datang? apakah kita harus membisu dan berdiam diri…?
mari kita simak sesama
kesenangan Sosial yang terjadi di tanah ini, diskriminasi sosial, marginalisasi
dan pemusnahan manusia papua sampai detik ini hanya kepentingan Ekonomi dan
kekuasan. Solusi yaang Harus dilakukan oleh rakyat Papua adalah sadar dan
melakukan perlawanan, dengan menuntuk Hak Penetuan nasib sendiri. sebab tidak
ada solusi lain kecuali bersatu dan melawan ketidak adilan.
Pemerintah Indonesia
tidak mampu mensejahterahkan rakyat Papua Barat oleh sebab itu jalan terbaik
memberikan ruang demokrasi seluas-luasnya bagi rakyat Papua barat untuk
menentukan nasib sendiri secara adil dan bermartabat, melalui Referendum.
Berdasarkan
kondisi pendidikan yang sedang tidak serius memperhatikan anak-anak Penerus
Bangsa Papua ini, maka Parlemen Rakyat Daerah Mimika kembali menggelar Sidang
Darurat dalam rangka menyikapi Hari Pendidikan Nasional RI diatas tanah West
Papua, maka Parlemen Rakyat Daerah Mimika menyeluarkan Pernyataan Politik dalam
rangka menyikapi Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang dirayakan hari ini
2 Mei 2014 di territorial West Papua bahwa:
1.
Bangsa Papua menolak
dengan tegas atas memperingati Hari Pendidikan Nasional Republik Indonesia
diatas territorial West Papua karena dari sejak 2 Mei 1963 segala penjajahan
dilakukan di atas territorial West Papua, yaitu penjajahan ekonomi, social,
budaya dan politik serta penjajahan dalam bidang pendidikan.
2.
Bangsa Papua menolak
dengan tegas atas kurikulum Pendidikan yang diterapkan bagi anak-anak penerus
Bangsa Papua tentang belajar Sawa, Danau Toba dan lain-lain sementara anak-anak
mereka tidak tahu tentang daerah-daerah Jawa dan Kalimantan.
3.
Bangsa Papua menuntut
agar PBB, Amerika Serikat, Belanda dan Indonesia bertanggungjawab atas segala
penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia.
4.
Bangsa Papua menuntut
PPB segera menggelar penentuan nasib sendiri melalui Referndum bagi Bangsa
Papua Barat
Demikianlah
pernyataan kami dan atas perhatian disampaikan terima kasih.
Timika, 2 Mei 2014
Media Nasional Wilayah
Mimika
LembagaRefrentatif Rakyat Daerah
KETUA UMUM KNPB WILAYAH
MIMIKA
KETUA UMUM PRD MIMIKA
STEVEN
ITLAY
ABIHUD DEGEI
Mengetahui
Menyetujui
Media Nasional
Pusat
Lembaga Refrentatif Nasional
KETUA UMUM KNPB
Pusat
KETUA UMUM PNWP PUSAT
VIKTOR
YEIMO
BUCHTAR TABUNI
Sumber: knpbnews.com
0 komentar:
Posting Komentar