Oleh, Lasarus Goo |
YOGYA. TIMIPOTU NEWS. Setiap
insan manusia, tentunya berasal dan hidupnya tidak terlepas dari budayanya.
Manusia dilahirkan dalam budaya, dibesarkan dalam budaya, dan dibentuk karakter
sebagai seorang manusia utuhnya. Itulah yang disebut sebagai manusia yang pada
dasarnya memiliki budaya.
Kalau
kita berbicara tentang budaya maka bukan mencari bentuk atau lambang dari
budaya. Namun, yang dihargai dan dilestarikan adalah nilai dari budaya
tersebut. Bagaimana kita mau memahami nilai budaya serta bagaimana kita
mepraktekkan nilai-nilai itu dalam kehidupan manusia.
Dalam
kamus besar Indonesia, budaya dapat diartikan sebagai cara hidup yang
dipercayai baik. Suatu kebiasaan masyarakat yang dinilai baik. Dari penjelasan
ini, dapat kita kaitkan dengan kehidupan manusia bahwa, memang di setiap suku bangsa
tidak ada budaya yang mengajarkan tentang nilai-nilai yang merusak. Artinya,
dalam setiap suku bangsa yang ada, budaya selalu mengajarkan nilai-nilai yang
baik.
Pada
umumnya, manusia kapan dan dimana saja berada selalu berbicara panjang lebar
tentang budaya. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena memang manusia itu berasal
dari budaya dan akan berangkat dari budaya yang dianutnya. Namun yang menjadi
sebuah pertanyaan pada dunia modern seperti saat-saat ini adalah, sejauh mana
kita paham tentang budaya?, sejauh mana kita menghargai nilai-nilai budaya?,
sejauh mana kita melestarikan budaya? Dan sejauh mana kita hidup berdasarkan
nilai-nilai budaya yang ada.
Itulah
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita kembali melihat pada budaya
masing-masing suku bangsa. Dan pertanyaan-pertanyaan diatas ini, benar-benar
kita disadarkan untuk kembali memaknai hidup berdasarkan budaya yang telah
diwariskan oleh leluhur suku bangsa.
Sangatlah
jelas bahwa, berbicara tentang budaya bukan bentuknya tetapi nilai. Demikian
juga dengan lahirnya budaya dalam suku bangsa. Lahirnya budaya karena
sekelompok masyarakat menilai bahwa kebiasaan hidup dalam sehari-hari itu
dinilai baik. Lalu, pertanyaannya, berapa porsen, generasi muda mempertahankan
nilai kebaikan dalam budaya yang telah ditetapkan oleh leluhur kita?.
Kita pun
yakini bahwa budaya adalah pondasi hidup manusia, budaya adalah dasar
terbentuknya pikiran manusia, dan sering dikatakan bahwa, dalam budaya masih
tersimpan filosofi hidup manusia. Ungkapan seperti itu tidak bisa kita
salahkan, karena memang budaya mengajarkan yang baik tentang kehidupan manusia.
Namun yang menjadi renungan panjang bagi penulis, setelah hadirnya agama
universal dan pemerintahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, kelihatannya nilai
budaya mulai runtuh. Banyak orang mulai berkipra hidupnya dalam agama dan
pemerintah.
Memang
kita akui bahwa, hadirnya agama universal dan pemerintahan di tengah-tengah
masyarakat adalah untuk memperbaiki tatanan hidup manusia. Hal itu musti kita
akui. Namun, dengan melihat kenyataan pada saat, banyak orang berbudaya itu
mulai tinggal budaya leluhurnya dan mengakui ajaran agama dan pemerintah adalah
ajaran yang baik dari pada ajaran budaya. Itulah yang penulis maksudkan bahwa,
nilai-nilai budaya semakin hari semakin hilang.
Penulis
tidak bermaksud untuk membujuk kepada sesama dan penulis juga tidak mengklaim
bahwa ajaran budaya itu yang lebih tinggi dari pada ajaran agama dan
pemerintah. Sama sekali tidak bermaksud sampai kesitu, tetapi penulis mengajak
bahwa, sekalipun dunia mulai berubah, sekalipun ajaran agama universal dan
pemerintah terus menyadarkan kita, sebagai manusia yang berbudaya harus tetap
berpengang teguh pada nilai atau ajaran budaya. Artinya, kita sebagai manusia,
kita musti berpengang ketiga ajaran tersebut. Pertama, ajaran
Budaya. Kedua, ajaran agama universal. Ketiga, ajaran
pemerintah.
Bagaimana
Dengan Budaya Orang Mee?
Dari
penjelasan umum yang sudah diulaskan diatas ini, penulis sebagai seorang
mahasiswa yang berasal dari budaya “suku MEE” maka, kembali melihat bagaimana
dengan budaya saya dalam kehidupan pada dunia modern ini.
Pada
dasarnya sejak dahulu kala, orang MEE mempunyai budaya dan hukum adat yang
menngatur kehidupannya. Hal itu bukan hanya berlaku saat itu saja, tetapi
sampai saat ini dan akan dijalankan oleh orang MEE. artinya, budaya dan
istiadat orang Mee bukan hanya berlaku di satu generasi saja, tetapi dari
generasi ke generasi akan hidup bersama manusia Mee. kenapa demikian? ORANG MEE
meyakini bahwa budaya adalah mama, budaya adalah dasar hidup, dan budaya adalah
penentu hidup masa depan. Itulah sebabnya, budaya orang Mee akan hidup sampai
kapan dan dimana pun.
Setelah
orang MEE berkontaksi dengan orang asing yang berbedah budayanya, dan setelah
orang Mee disentuh oleh agama universal dan pemerintah, apa yang terjadi,
apakah ada perubahan kehidupan sosial atau tidak? Apakah budaya orang MEE masih
eksis atau tidak?. Inilah pertanyaan saya untuk melihat kembali eksisnya budaya
orang MEE di Papua. Tentu saja, dengan adanya perkembangan jaman itu, adanya
perubahan-perubahan dalam bidang-bidang tertentu seperti, pendidikan, ekonomi,
pelayanan kesehatan, dan paradigma hidup. Hal itu wajar saja terjadi karena
pada dasarnya kehidupan manusia itu dinamis. Walaupun demikian, saya sebagai
generasi muda kembali merenung bahwa, apakah nilai-nilai budaya orang Mee yang
sudah diwariskan oleh leluhur itu masih dilestarikan atau masih junjung tinggi
oleh manusia Mee saat ini?. Tentu tidak ada jawaban pasti atas pertanyaan diatas
ini.
Kelihatannya,
perkembangan jaman ini membuat orang MEE juga harus berubah. Fakta telah
membenarkan paradigma saya bahwa, banyak orang terdidik maka, banyak orang lupa
budaya. Hal itu pasti akan terjadi dalam setiap suku di dunia. Demikian juga
dengan orang MEE di Papua. Banyak orang mendapatkan gelar di berbagai jurusan,
budaya orang Mee mulai hilang. Hal ini terjadi karena banyak orang terjung
dalam dunia birokrat, politik, dan pemerintahan maupun lembaga-lembaga lain
yang aturannya sudah diatur oleh Negara. Artinya bahwa, orang MEE semakin
kurang untuk mengaja, melestarikan, mempertahankan dan menghidupkan nilai-nilai
budaya.
Sebetulnya
menurut pemahaman saya, budaya sudah mengatur bagaimana orang Mee berpikir yang
benar, bagaimana orang Mee berbicara yang baik, dan bagaimana orang Mee
bertindak atau berbuat yang baik. Contohnya, apa yang dimuat dalam ajaran agama
tentang larangan-larangan “10 perintah Allah“ itu, sudah ada juga dalam budaya
Mee. lalu, kenapa nilai budaya semakin hilang.? Mungkin alasannya karena
perkembangan jaman atau karena takut disebut primitif.
Itulah
wajah-wajah runtuhnya nilai, ajaran, norman, orang Mee diantara perkembangan
jaman yang sedang menglobal ini. Pertanyaannya, apakah kita hanya tertidur sono
dan bermimpi indah dalam perkembangan jaman tersebut tanpa budaya orang Mee?
atau pertanyaan lain, apakah cukup hanya pengetahuan dari ajaran agama dan
pemerintah tanpa ajaran budaya yang sudah ada sejak dahulu kala itu?. Marilah
kita sadar akan penting budaya dalam dunia modern ini.
Penulis
sebagai mahasiswa yang disebut juga tulang punggung masyarakat dan bangsa maka,
kembali mengajak kepada kita sekalian bahwa, apapun yang kita sudah lihat
adalah kenyataan dan perubahan akan tetap terjadi. Oleh sebabnya, kita sebagai
generasi penerus marilah kita menjaga dan hidupkan nilai-nilai budaya
suku Mee di tengah-tengah dunia modern ini sebagai pijakan hidup orang Mee itu
sendiri.
Dengan
adanya filosofi hidup; Douu (Melihat), Gai (berpikir), ekowai (melakukan) itu,
marilah kita merangkai hidup berdasarkan nilai budayanya. Marilah kita
menari-nari dengan ajaran budayanya di tengah carut-marutnya dunia, dan marilah
kita memaknai hidup berdasarkan budayanya. Kalau bukan sekarang, kapan lagi
akan eksis budaya orang Mee. kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mengangkat
nilai-nilai budaya orang Mee. jadikanlah budaya sebagai cerminan hidup. (Lasarus
Goo/02)
Penulis
adalah mahasiswa Papua yang sedang kuliah di Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta, jurusan Teknik Sipil. Tulisan ini adalah awal dari
latihan menulis.
Grup, Penulis Pemula Asrama
Deiyai Yogyakarta.
Reporter Of Timipotu News
Int. Bidaipouga Mote
Sumber: http://timipotu.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar