![]() |
Ilustrasi Senjata (IST) |
Sejak 1961, Orang Asli Papua Sudah Dihadapi Dengan Senjata
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jayapura, Jubi – Anggota Komisi I DPR Papua bidang Pemerintahan,
Politik, Hukum dan HAM, Ruben Magai menyatakan, bukan hal baru jika kita
mendengar ada orang asli Papua yang menghembuskan nafas terakhirnya
akibat amunisi yang keluar dari moncong senjata. Apakah oleh pihak yang
sering disebut Orang Tak Dikenal (OTK) ataukah aparat keaamanan
TNI/Polri yang bertugas di berbagai daerah di Papua.
Ia mengatakan, pasca Presiden Indonesia pertama, Soekarno mengeluarkan
Tri Komando Rakyat (Trikora), 19 Desember 1961, sejak itulah negara
melalui aparatnya selalu menghadapi orang asli Papua dengan senjata.
Kondisi itu berlangsung hingga kini. Kejadian terbaru adalah kasus
penembakan terhadap remaja 15 tahun di Sugapa, Intan Jaya. Pelaku diduga
oknum anggota Brimob.
“Saya pikir cara-cara ini sudah
berlangsung lama. Sejak Trikora orang asli Papua sudah menjadi korban.
Tak ada cara lain yang dipakai negara selain melakukan kekerasan melalui
alat negara. Banyak kasus yang tak selesai. Sekarang masyarakat Papua
bingung mau mencari keadilan dimana,” kata Ruben kepada Jubi, Selasa
(6/9/2016).
Menurutnya, masyarakat asli Papua sudah trauma.
Apalagi dulu Papua merupakan Daerah Operasi Militer (DOM). Dijaman itu,
TNI yang saat itu masih disebut ABRI lebih dominan. Kini peran itu
diambil alih polisi. Padahal polisi adalah penegak hukum di masyarakat.
“Ini bukan hal baru. Sudah puluhan tahun berlangsung kalau pelaku dari
aparat keamanan, diproses hukum pun sama saja. Tak ada hasilnya.
Mubazir. Ujung-ujungnya pelaku akan bebas. Papua ini pendekatan
TNI/Polri beda dengan daerah-daerah lain. Tak ada pendekatan
kemanusiaan,” ucapnya.
Katanya, pendekatan yang dipakai aparat
kemanan di Papua menunjukkan pendidikan dan pengetahuan HAM mereka
rendah, meski slogannya melayani dan. mengayomi.
“Kini
pendekatannya tak lagi manusiawi. Tapi pendekatan kekerasan. Kalau
masyarakat mabuk atau berbuat keribuatan harusnya diingatkan. Bukan
ditembak mati seperti kejadian di Sugapa. Ini polisi sama saja tak
menjalankan tugasnya dengan baik. Seolah sudah kehilangan kendali,”
katanya.
Legislator Papua lainnya, Emus Gwijangge menilai,
sebagian besar aparat keamanan yang bertugas di Papua mungkin tak
mengetahui jelas tugas dan fungsinya.
“Akibatnya ada saja
oknum-oknum aparat keamanan yang menciderai institusi karena ulah mereka
yang arogan,” kata Emus kepada Jubi beberapa waktu lalu.
Katanya, menggunakan bedil menghadapi rakyat sipil bukanlah solusi. Itu
adalah cara-cara Orde Lama yang sudah usang. Aparat kemanan dalam
menangani berbagai dinamika di masyarakat harusnya dengan cara
persuasif. (*)
Sumber: http://tabloidjubi.com/…/sejak-1961-orang-asli-papua-sudah…/
0 komentar:
Posting Komentar