![]() |
ohn NR Gobai (Foto: Dok/SP) |
Oleh: John NR Gobai
Dalam
adat dikenal tentang Sang Pencipta, Bapa Yang Kudus, Bapa di Tempat
Yang Maha Tinggi. Itulah yang disebut tentang Pribadi Allah yang dalam
berbagai suku di Papua, disebut; Ugatame (dalam Bahasa Mee), Unggakame (dalam Bahasa Amungme), Manseren Ronanggi (dalam Bahasa Byak).
Sebutan-sebutan
ini disebutkan untuk Allah yang kita kenal dalam Alkitab. Dalam
Alkitab, kita kenal hukum Taurat yang ajarannya dimulai sejak jaman Nabi
Musa yang kita kenal dengan 10 Perintah Allah.
Hukum
Taurat ini juga di Papua kita kenal dengan adat. Siapa yang melanggar
kata-katanya, dia melanggar adat, yang tentunya sama dengan melanggar
hukum Taurat dalam Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama yang berlaku
bagi Israel.
Adat dalam Pandangan Alkitab
Ketika
keruntuhan Israel, Allah kecewa terhadap bangsa ini karena mereka tidak
berpegang pada perjanjian dengan nenek moyang Israel tidak berpegang
pada ketetapan-Nya dan Undang-undang-Nya, dan Tuhan memperingatkan
kepada Israel.
Tuhan telah
memperingatkan kepada orang Israel dan kepada orang Yehuda dengan
perantaraan semua nabi dan semua tukang tilik; “Berbaliklah kamu dari
pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan
ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah
Kuperintahkan kepada nenek-moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada
mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi” (II Raja-Raja
17:13).
Setelah kelahiran Yesus dan
setelah tiba waktunya untuk bersaksi tentang BapaNya yang mengutus,
Yesus kembali mengajarkan kepada Murid-muridnya dan kepada umat.
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17).
Jelas
bahwa Yesus tidak membatalkan Hukum Taurat. Dalam Matius 5:19, bahwa
siapa yang tidak melakukan dan tidak mengajarkan hukum Taurat, bila ia
masuk surga, maka tempatnya adalah yang paling rendah. Tetapi bagi siapa
yang melakukan dan mengajarkan hukum Taurat, maka tempatnya akan tinggi
di dalam Kerajaan Surga.
Pandangan yang Berbeda
Rasul
Paulus dalam surat Efesus 2:15 menyatakan bahwa Yesus membatalkan Hukum
Taurat, dengan menuliskan: “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia
telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya,
untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya,
dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”
Walaupun
demikian suratnya ke Jemaat Efesus, tetapi dalam surat ke Jemaat di
Roma, Rasul Paulus juga menulis tentang Hukum Taurat. “Karena bukanlah
orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi
orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.” (Roma 2:13)
Rasul
Paulus juga menulis tentang siapa yang tidak punya Hukum Taurat, namun
melaksanakan Hukum Taurat. “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka
turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”.
(Roma 2:15)
Realitas Hari Ini
Beberapa
orang dalam tulisan menyebutkan bahwa Gereja yang ada sekarang adalah
Gereja yang dikembangkan Rasul Paulus. Mungkin karena itu Gereja Katolik
dalam setiap ibadah selalu menjadikan bacaan dari Surat Paulus adalah
bacaan kedua.
Terkait dengan adat,
pandangan Paulus telah menjadi dasar untuk Gereja harus mengatakan adat
itu kafir tanpa memahami lebih jauh tentang nilai-nilai adat yang ada,
seperti yang tersurat dalam Efesus 2:15: “Sebab dengan mati-Nya sebagai
manusia, Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan
ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di
dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”
Pandangan ini juga yang melintas dalam ilmuwan masa lampau yang menilai adat dengan pandangan yang tidak tepat.
Kaum
yang mengatakan adat itu kafir, tidak melihat lebih jauh tentang nilai
dan norma hidup yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat adat,
yang telah mengatur keharmonisan dan keserasian dengan Allah, sesama dan
alam sekitarnya.
Kaum ini juga tidak melihat adanya larangan dalam adat yang juga disertai dengan sanksi bagi yang melanggar.
Kaum
ini juga tidak melihat adanya ritual penyesalan permohonan kepada Yang
Maha Pencipta melalui penyucian dengan media pengorbanan, babi, sama
seperti Bangsa Israel dengan domba, yang kemudian mencapai Kanaan,
negeri yang dijanjikan Tuhan.
Konteks Papua
Akibat
termakan oleh ajaran kaum romantik, banyak juga orang Papua yang merasa
adat itu kafir, adat itu tak perlu diikuti, sehingga mereka merasa adat
tak perlu ditaati, akibatnya dalam kehidupan kita seperti manusia yang
bimbang antara mengikuti Alkitab, Adat dan Adat Baru yang dikenalkan
oleh jaman ini.
Banyak kali saya
membaca banyak tulisan orang Papua yang mengutip kata-kata dari I.S.
Kijne: “… bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri”. Yang
kemudian menjadi pertanyaan adalah bangkit dengan menggunakan apa?
Apakah menggunakan Teori Kiri, Teori Perang atau menggunakan ajaran Che
Guevara, atau tokoh yang lain?.
Jika
kita ingat syair satu lagu dari I.S. Kijne, yang menyebutkan, “Adat
itulah Undang-Undang Tuhan Israel pegang trus sejak dari perhambaannya”
yang merupakan tafsir dari II Raja-Raja 17:13.
Dalam
rangka mengkonkritkan nubuat I.S. Kijne, maka bangsa Papua harus
bangkit dengan menggunakan adatnya yang adalah Undang-undang dari Tuhan
yang telah diberikan kepada para leluhur bangsa Papua untuk dapat keluar
dari situasi yang ada saat ini menuju Papua baru yang bangkit, mandiri
dan sejahtera.
Penutup
Jangan
berpikir bangsa lain menjadi besar hanya karena ilmu, teknologi dan
pengetahuan. Bangsa-bangsa itu juga awalnya mulai bangkit dengan
menggunakan adatnya.
Mari kitong
semua belajar kembali adat. Di sana ada kekuatan, larangan, nilai dan
norma dan penyucian diri dosa. Di sana ada jalan keselamatan inisial dan
kekal. Di sana kita akan menemukan Taman Firdaus, dimana kami semua
berasal. Di sana kita akan menemukan kekuatan untuk jalan menuju Kanaan.
Penulis adalah Ketua Dewan Adat Paniyai
0 komentar:
Posting Komentar