Abepura, Jubi –
Berbeda dengan informasi yang selama ini disampaikan oleh pihak kepolisian,
yang menyebutkan pembunuhan terhadap dua anggota Brimob dari Polda Papua,
dilakukan oleh kelompok bersenjata pimpinan Ayub Waker, informasi yang
dikumpulkan Jubi melalui warga Utikini dan aktivis Gereja di Tembagapura
menyebutkan insiden pembunuhan terhadap dua anggota Brimob Polda Papua ini
berawal dari bisnis minuman keras.
Seorang warga kampung
Utikini, di Tembagapura, Timika, mengatakan pembunuhan terhadap dua anggota
Brimob, Bripda Adriandi dan Bripda Ryan Hariansyah pada 1 Januari 2015 lalu (Baca : Anggota Satgas Amole-Karyawan Freeport Tewas Ditembak)
berawal dari bisnis minuman beralkohol berbagai jenis. Tak hanya dua anggota
Brimob Polda Papua yang terbunuh dalam insiden tersebut, seorang petugas
keamanan PT Freeport Suko Miyartono juga meninggal dunia dalam insiden yang
sama. (Baca : Tiga
Jenazah Korban Penembakan Diotopsi)
Kata warga yang tak
bisa disebutkan namanya ini, yang sehari-harinya bekerja sebagai relawan HAM
gereja Papua, ada oknum aparat keamanan dari berbagai kesatuan dalam bulan
Desember, sejak 1 Desember 2014 hingga 1 Januari 2015 memasok minuman keras
jenis Vodka, Bir Bintang dan Cap Tikus ke pemukiman dan barak karyawan
Freeport.
Minuman itu, menurut
warga Utikini ini, juga menjadi komoditi yang laris manis dibeli warga sekitar
yang hari-hari hidup dari hasil pendulangan tailing Freeport.
“Ada oknum anggota bawa minuman pada 31 Desember 2014 di Barak Karyawan L 68. Wilayah ini area steril. Warga biasa tidak bisa membawa masuk minuman,” kata warga ini kepada Jubi, dua pekan lalu, Sabtu (10/1).
“Ada oknum anggota bawa minuman pada 31 Desember 2014 di Barak Karyawan L 68. Wilayah ini area steril. Warga biasa tidak bisa membawa masuk minuman,” kata warga ini kepada Jubi, dua pekan lalu, Sabtu (10/1).
Warga yang membeli
minuman itu, katanya, pesta minum keras hingga 1 Januari 2015 tanpa sisa. Warga
yang sudah ketagihan minta tambah minuman ke pemasok, namun pemasok tidak
meresponnya. Entah alasannya apa terjadi adu mulut antara warga dan pemasok
minuman.
“Pemasok itu tidak mau
membawa minuman lagi, baku adu mulut. Orang yang diduga pemasok minuman itu
menelpon dua orang yang menurut warga tersebut adalah anggota polisi
untuk mendatangi lokasi. Ketika tiba, masyarakat dalam posisi siap itu
menyerang, membacok dan membunuh dua anggota polisi itu. Kejadian ini pukul
9:45,” kata warga Utikini ini.
Usai pembunuhan,
menurutnya, para pelaku yang tidak diketahui identitas itu melarikan diri ke
hutan. Warga yang mendiami wilayah sekitar pendulangan menjadi sasaran
penyisiran aparat gabungan TNI/Polri (Baca : Brimob Kejar Pelaku Penembakan di Tembagapura, Mimika dan Polda Papua Kerahkan 1.576 Personil Kejar Penembak Brimob).
Ribuan warga mengungsi meningalkan ternak dan rumah mereka (Baca : TNI/POLRI Kejar Ayub Waker, 6000 Warga Utikini Mengungsi).
Penyisiran,
Penangkapan, Pembakaran Rumah Warga
Paska kejadian,
Kapolda Papua mengerahkan ribuan personil gabungan mengejar Ayub Waker yang
diduga bertanggungjawab atas pembunuhan dua anggota brimob. (Baca : Polda Papua Kerahkan 1.576 Personil Kejar Penembak Brimob)
Kata warga di Utikini,
aparat gabungan itu, masuk penyisiran ke kampung Utikini hingga Towekima pada 6
hingga 7 Januari. Penyisiran itu terjadi sangat brutal dan tidak manusiawi.
Aparat gabungan menyisir sambil melepaskan tembakan (Baca : Kejar Ayub Waker, TNI/POLRI Tangkap Kepala Suku Waker).
Akibatnya, kata warga Utikini, paska penyisiran itu mereka menemukan dua warga
terluka kena timah panas. Warga yang terluka itu bernama Narogay Ela (24) dan
Yudiman Waker. Yudiman tertembak di bagian perut dan dilarikan ke rumah sakit
setelah dua hari di rumah warga.
Kemudian, warga
menemukan seorang warga lain terluka karena tikaman. Warga ini bernama Merson
Waker. Merson Waker terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.
Selama penyisiran itu,
katanya, pihak aparat mengaku telah menangkap puluhan warga. Jumlah warga yang
ditangkap lebih dari 200 orang.
Sadisnya, kata warga,
aparat gabungan menangkap seorang warga bernama Seribu Kogoya (30 tahun).
Aparat menginterogasi dan memperlakukannya secara tidak manusiawi. Ia di
tangkap, diiris kepalanya dan disiram air garam. Rumah dan ternak warga menjadi
sasaran pelampiasan emosi aparat yang melakukan penyisiran. Menurut penjelasan
warga, 439 rumah ludes terbakar dan 1.300 ekor babi turut terbakar, tertembak
dan lari dari kandang menghilang ke hutan.
“Dua gereja yang ada
disini. Gereja GKII yang ada di Kembeli dan GKIP di Utikini. Hari minggu 11
Januari 2015 ini, semua gabung ibadah di Kembeli karena Utikini dibakar habis
tinggal gedung gereja saja,” katanya.
Pengungsian
Kata Benny Pakage,
aktivis HAM Gereja Kigmi Papua, penyisiran itu menyebabkan warga dua kampung,
warga jemaat dua gereja itu yang berjumlah sekitar tujuh ribuan itu lari kocar
kacir menyelamatkan diri dari amukan aparat gabungan. Lima ribuan warga lebih
meninggalkan kampung dan menyelamatkan diri ke hutan. (Baca : TNI/POLRI Kejar Ayub Waker, 6000 Warga Utikini Mengungsi)
Warga yang mengungsi
itu, kata warga Utikini, melindungi diri dihutan tanpa makan dan minum. Mereka
tidak mungkin kembali ke kampung karena semua yang mereka miliki lenyap. Mereka
trauma kembali dan tidak mungkin mendapatkan makanan lagi.
Karena itu, warga itu
mencari jalan meninggalkan hutan. Mereka kemungkinan mencari wilayah yang aman
dari kejaran aparat dan aman dari suplai makanan dan minuman. Mereka
kemungkinan mengungsi hingga ke wilayah kabupaten lain.
“Warga yang mengungsi tidak bisa kembali. Mereka ke Intan Jaya, Ilaga dan
Timika supaya tidak mati kelaparan,” katanya kepada Jubi mengabarkan perjalanan
warga yang mengungsi.
Hingga penulisan
berita ini, kata Warga, dari ribuan warga yang mengungsi itu, hanya sekitar dua
ribu yang kembali ke Utikini. Katanya, sisa warga ada yang masih di hutan, ada
yang ke kota Timika dan ke kabupaten Puncak.
“Ke Timika 1.900 dan
keluar Timika, Intan Jaya, Paniai 2.000 an. Saya dapat informasi dari Ilaga
kalau ada yang sudah sampai di sana dan sisanya ada kembali dan ada yang masih
di hutan,” katanya.
Warga yang kembali ke
Utikini dan ke Timika menginformasikan aparat gabungan yang melakukan
penyisiran pada 6-7 Januari merampas ternak mereka. Ternak mereka berupa babi
ada yang dipotong dan di bawa ke kota Timika untuk jual.
“Setelah penyisiran,
tenak babi yang diambil oleh TNI/POLRI sebanyak 29 ekor babi besar dibawa turun
jual di Timika oleh anggota dan enam ekor babi di potong oleh anggota di pos 4.
Itu akses ke Utikini dari Yomenak,” tulis seorang warga melalui pesan
singkatnya saat mengupdate situasi di Utikini kepada Jubi, Kamis (22/1).
Pihak Kepolisian
Daerah Papua sendiri mengaku telah memulangkan 1000 pendulang dari lokasi
pendulangan tradisional di sekitar Tembagapura. (Baca : Polisi Mengaku Pulangkan 1000 Pendulang Tradisional di Timika)
“Kami sudah memulangkan sekitar 1000 pendulang guna menghindari jatuhnya korban
karena saat ini aparat keamanan masih terus melakukan pengejaran untuk
menangkap kelompok bersenjata yang membunuh dan mengambil senjata milik anggota
Brimob,” kata Irjen Pol Yotje Mende di Jayapura, Jumat (16/1).
Menurut Kapolda,
sebelum dipulangkan sempat terjadi kontak senjata dengan kelompok bersenjata
yang bersembunyi dan bergabung dengan para pendulang. Akibatnya saat dilakukan
penyisiran pihaknya mengamankan ratusan pendulang, namun sebagian besar sudah
dipulangkan.
Polisi menahan sekitar
65 orang yang ditangkap saat penyisiran. 65 orang ini disebut-sebut berkaitan
dengan sebuah kelompok yang disebut Polisi sebagai West Papua Interest
Asosiation (WPIA). Mereka disebutkan polisi memiliki tanda pengenal WPIA
yang didapat dan digunakan warga pendulang tersebut. (Baca : Kejar Ayub Waker, Polisi Tangkap 65 Warga Utikini, Tembagapura,
Polisi Dalami 65 Saksi Utikini dengan West Papua Interest Asosiation dan Lagi, Tuduhan Kapolda Papua : Pendulang Emas Freeport Danai Kelompok
Bersenjata)
Polisi kemudian
menetapkan tersangka pembunuhan Bripda Adriandi, Bripda Ryan Hariansyah
dan Suko Miyartono, yakni Nelson Waker dan Giliman Waker (Baca : Polisi Tetapkan Dua Tersangka Kasus Mimika).
Sementara puluhan orang lainnya yang ditangkap karena diduga terlibat dalam
kelompok organisasi terlarang dan anggota kelompok bersenjata Ayub Waker (AW),
sudah dibebaskan lantaran tak cukup bukti. (Mawel Benny)
Sumber:tabloidjubi.com/2015/01/26/menurut-warga-utikini-penembakan-dua-brimob-di-tembagapura-karena-bisnis-miras
0 komentar:
Posting Komentar