Ilustrasi TPN-OPM Paniai |
Penulis
: Patrick Yakobus
"Kita
kuat, mengapa bersikap lemah? Lihat. Kita punya segalanya. Tanah Papua kita
punya. Air kita punya. Udara kita punya. Kita punya massa. Mereka tertidur.
Masih setengah sadar. Bangkitkan kekuatan rakyat. Nyalakan api revolusi. Bangun
kekuatan. Atur strategi. Gapai impian kemerdekaan. Ini semua tugasmu, angkatan
muda Papua. Kau kuat. Kau singa. Maju dan rebutlah!
Di
belahan dunia mana pun, hal-hal yang luar biasa selalu dilakukan oleh angkatan
muda. Angkatan muda selalu tampil sebagai malaikat pembawa perubahan. Angkatan
muda punya spirit dasyat. Angkatan muda selalu jadi harapan kebangkitan.
Ingat.
Penjajah Indonesia merdeka karena angkatan muda penjajah Indonesia itu.
Soeharto dengan orde barunya tumbang juga karena angkatan muda. Angkatan muda
selalu punya angin perubahan. Angkatan muda selalu punya spirit.
Sejak
Papua dicaplok oleh penjajah menjadi wilayah jajahannya, angkatan muda Papua
selalu menjadi tulang punggung revolusi rakyat Papua untuk bebas dari kukungan
penjajahan. Kita tahu, angkatan muda adalah pelopor pergerakan perjuangan
kemerdekaan West Papua, 1 Desember 1961.
Angkatan
muda Papua juga pelopor dan otak di balik serangkaian aksi demo menuntut
pencaplokan RI atas wilayah Papua, pasca Pepera 1969 yang penuh rekayasa itu.
Angkatan
muda juga adalah pengerak terselenggaranya kongres Papua II yang sangat
bersejarah dan fenomenal itu. Di sana, lahirlah Theys Hiyo Eluay. Sayang,
hidupnya naas di ujung senjata penjajah.
Mengapa
ketika kerusuhan dan terjadi pelanggaran HAM, kebanyakan korban adalah angkatan
Muda Papua? Mengapa selalu angkatan muda Papua yang dimata-matai, dibunuh,
diintimidasi, diteror? Karena angkatan muda Papua punya kekuatan dasyat bila
digali dan dibangkitkan.
Angkatan
muda Papua itu seperti malaikat pembawa perubahan bagi keadaan keterjajahan
kita saat ini. Angkatan muda selalu punya semangat muda, dan itulah kunci
daripada pergerakan menuju kemerdekaan bangsa Papua.
Kini,
angkatan muda Papua tak terhitung jumlahnya. Tersebar di seluruh penjuru dunia.
Angkatan Muda Papua banyak yang telah berpendidikan. Banyak yang telah menjadi
manusia.
Namun,
angkatan muda Papua masih belum sepenuhnya terbangun. Mereka kebanyakan masih
dininabobokan oleh segala gula-gula politik penjajah. Angkatan muda Papua
cenderung terperangkap dan diperangkap ke dalam cara perpikir penjajah, yang
melahirkan angkatan Muda Papua yang berkecenderungan menjajah rakyatnya
sendiri. Sadarlah!
Angkatan
muda Papua cenderung dimanja dan dikotak-kotakkan ke dalam berbagai kotak-kotak
pemisah. Penjajah selalu menggunakan pemekaran, iming-iming uang, jabatan,
sebagai sarana untuk membelokkan arah hidup angkatan muda Papua sehingga tidak
lagi berpikir akan kemerdekaan bangsanya.
Di
tengah itu semua, angkatan muda Papua kini punya satu tujuan besar: revolusi
total menjuju kemerdekaan Papua.
Angkatan
muda Papua, jangan tunggu waktu. Jangan tunggu dewasa dan atau tua untuk
bersuara. Anda adalah malaikat penggerak revolusi kemerdekaan Papua. Anda
angkatan muda Papua. Anda bisa. Rakyat Papua kini menunggu angkatan muda Papua
bergerak, menjalankan roda revolusi.
Untuk
mengintropeksi dan menyamakan sejenak bentuk serta cara penjajah menjajah dan
menghancurkan kekuatan perlawanan rakyat terjajah, dan bagaimana cara
melawannya, coba kita ikuti tulisanku berikut ini.
***
Sejarah adalah guru bijak. Maka sepantasnya kita jadikan sejarah sebagai
cerminan bagi arah hidup kita ke depan, agar tidak terjebak dalam kesalahan
yang sama. Kini, kita akan mengulas kemlai dan berusaha mencari hikmah dari
penerapan politik devide et impera belanda, dampai pada kemerdekaan Indonesia.Angkatan muda: Penjajah tahu, kau adalah singa! Mereka kuatir kau terbangun. Lihatlah; berbagai cara dipakai mereka untuk memecah belah engkau, hanya untuk menjauhkan diri anda dari apa yang namanya persatuan. Karena mereka tahu, dengan persatuan, kau akan menjelma menjadi singa!
Politik
pecah belah atau politik adu domba [devide et impera] adalah kombinasi strategi
politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan
dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih
mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah
kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih
kuat, dan mengadu domba kelompok-kelompok tersebut agar semakin lemah.
Unsur-unsur
yang dijadikan teknik dalam politik ini adalah:
Menciptakan
atau Mendorong Perpecahan dalam Masyarakat untuk Mencegah Aliansi yang bisa
Menentang Kekuasaan Berdaulat.
Segala
bentuk ketidakadilan, dan pelecehan terhaddap hak-hak dasar manusia baik
sebagai pribadi maupun sebagai komunitas dalam suku, suku bangsa, dan bangsa
dalam suatu wilayah atau kawasan tentunya akan ditentang. Namun, seperti
adatnya dunia penjajah dan penguasa, mereka akan berusaha menekan,
menginjak-injak, dan berusaha membungkam aspirasi dan suara kaum terjajah dan
kaum yang dirugikan tersebut dengan berbagai cara.
Salah
satunya adalah dengan menciptakan dan berusaha mengondisikan suasana agar
terjadi perpecahan dalam masyarakat terjajah dan yang dirugikan tersebut, agar
tidak terjadi persatuan (aliansi) yang menentang mereka, para menguasa dan
penjajah.
Beberapa
cara yang termaktub dalam poin ini, antara lain: satu, Menyebar isu bohong
untuk memecah belah pemimpin atau tokoh pemersatu dan tokoh perjuangan.
Penguasa
dan penjajah biasanya menggunakan media masa (pers) dan kekuatan intelijen yang
menyusup masuk ke dalam tubuh organisasi, menguasai tempat strategis, dan mulai
menggiring dari dalam, baik para pemimpin atau organisasi, juga menciptakan
suasana yang akhirnya memicu perpecahan antar pemimpin. Tentunya hal ini dibuat
agar para pemimpin tidak bersatu, terpecah belah, dan akhirnya berjalan sendiri
sendiri, sehingga memudahkan penguasa atau penjajah mematahkan perjuangan itu.
Dua,
memengaruhi orang-orang dari kaum terjajah, dan menyuci otak mereka, agar
menjadi kelompok tandingan daripada kelompok utama yang murni berjuang.
Membantu
dan Mempromosikan mereka yang Bersedia untuk Bekerjasama dengan Kekuasaan yang
Berdaulat.
Penguasa
dan penjajah akan berusaha mencari, memengaruhi, bila perlu mengiming-imingi
tokoh dan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu, agar bersedia menjadi
wadah atau tokoh tandingan kelompok dan atau tokoh utama yang berjuang membela
hak mereka.
Penguasa
dan penjajah biasanya menggunakan media massa sebagai saluran utama pembentukan
opini publik, dan mempropagandakan bahwa sesungguhnya terjadi perpecahan dalam
masyarakat terjajah itu sendiri, bahwa hanya segelintir orang yang tidak
menyukai adanya penguasa, karena kepentingan tertentu yang diusung mereka.
Penjajah
atau penguasa akan membesar-besarkan, mengagung-agungkan, dan di pihak lainnya,
penjajah berusaha menjatuhkan kelompok perjuangan utama, agar semangat mereka
padam, juga agar terjadi permusuhan antara kelompok utama tadi, dengan kelompok
binaan.
Ketika
permusuhan itu muncul, dan sampai pada konflik antar kelompok, penjajah atau
penguasa akan merasa senang, karena mereka berhasil. Ketika terjadi demikian,
pintu masuk penguasa dan penjajah telah terbuka. Mereka dapat melakukan
beberapa tindakan, yakni: menangkap pimpinan kelompok utama, dengan alasan
memicu konflik antar kelompok, dengan dalih menciptakan keamanan dan ketertiban
umum.
Mereka
juga sekaligus dapat mengamankan beberapa penggerak atau otak kelompok
perjuangan, memanfaatkan situasi yang kacau tersebut. Penjajah dan penguasa
akan menggunakan tameng hukum, penciptaaan keamanana negara, dll sebagai
pelindung kejahatan terselubung mereka.
Mendorong
Ketidakpercayaan dan Permusuhan antar Masyarakat.
Saling
percaya antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpin dalam satu barisan
perjuangan adalah kunci dari terjadinya persatuan. Dengan adanya persatuan,
kekuatan menjadi padu, dan hal mustahil dapat terjadi. Ini selalu menjadi
catatan penting dari penjajah dan penguasa yang cenderung menutupi kebusukan
mereka.
Ketika
politik pecah belah diimplementasikan, para penjajah dan penguasa juga akan
terus berusaha merusak citra pemimpin tokoh perjuangan dan arah organisasi
perjuangan melalui media massa, agar publik, terutama masyarakat pengikutnya
tidak mempercayai arah perjuangan dan kemurnian idealisme perjuangannya.
Ketika
itu berhasil terjadi, maka perpecahan dalam tubuh organisasi tersebut, baik
antar pengurus maupun pengurus dengan masyarakat pendukung tak dapat
terhindarkan. Itu pasti. Dan memang seperti itulah yang diinginkan penjajah dan
penguasa, agar perlawanan padam, dan mereka melanjutkan penjajahan.
Dalam
situasi dan kondisi di atas, penjajah akan segera memanfaatkan ruang dan waktu
yang mereka punyai untuk membesarkan tokoh tandingan piaraan mereka, yang
berbicara sama panasnya dengan pemimpin utama itu dan organisasinya. Tujuannya
satu, agar pemimpin dan organissasi utama tadi semakin tidak dipercayai, dan
semakin melemah. Juga untuk mengganggu konsentrasi organisasi dan atau peimpin
organisasi perjuangan utama.
Sistem
Represif dan Pengkrimminalisasian Gerakan
Dalam
semua waktu dan kesempatan yang ada, yang penting ada celah untuk masuk dan
memungkinkan tindakan mereka dapat terlindungi oleh tameng hukum, penjajah dan
penguasa tidak akan segan-segan mengamankan orang-orang yang dianggap
berbahaya.
Label
Separatis, Pengacau Keamanan, Teroris, dan sederet stigma lainnya dari dahulu
telah lazim digunakan penjajah terhadap tokoh dan atau masyarakat terjajah.
Semuanya
bertujuan membentuk opini publik, bahwa gerakan masyarakat terjajah itu bukan
menuntut hak karena hak mereka diabaikan dan malah dirampas, malainkan menutupi
itu dengan mengatakan kepada publik, bahwa yang terjadi adalah gejolak yang
ditimbulkan segelintir orang yang mengacaukan keamanan.
Penguasaan
Media Massa
Dalam
sejarah kolonialisasi, penjajahan dan imperialisme global, media massa sangat
berperan penting. Umumnya, media massa berpengaruh dan ternama itu telah berada
dalam genggaman penguasa dan menjajah, dan menyuarakan kebaikan penjajah dan
menguasa, dan menyembunyikan kebengisan mereka.
Pada
tingkatan ini, media massa yang dianggap keras dan jujur dlam pemberitaannya
akan dibrendel. Media massa luar akan dilarang meliput, atau melakukan kegiatan
kewartawanan lainnya di wilayah penjajahan. Tujuannya agar apa yang terjadi
tidak diketahui orang luar.
Beberapa
hal yang berkenaan dengan media masa yang dituju penjajah antara lain: Satu,
Membentuk opini publik dengan fakta dan opini bohong. Tujuannya agar tangisan,
derita, tindakan repsesif penguasa dan penjajah, serta pelanggaran HAM dan
beberapa penyelewengan terhadap hak-hak dasar tidak terdengar oleh mereka yang
memunyai kuasa di luar sana, agar mereka tidak bersimpati pada perjuangan
mereka.
Kedua,
sebagai media propaganda, dan media stigmatisasi. Dimana para pemimpin
perjuangan dilabeli separais, pengacau keamanan, teroris, dll. Sehingga mereka
dapat mengamankan para pemimpin masyarakat terjajah menggunakan stigma diatas
sebagai pelicin pengamanan terhadap para pemimpin masyarakat terjajah tersebut
dengan berpegang pada hukum karet mereka, penguasa dan penjajah.
Ketiga,
sebagai media adu domba. Melalui medialah para pemimpin ditelanjangi, setelah
ditambahi bumbu penyedap dan gelar-gelar sehingga citra mereka jatuh di hadapan
masyarakat mereka. Tujuannya agar kepercayaan masyarakat menurun terhadapa
pimpinan atau organisasi mereka. Juga digunakan untuk mengadu domba organisasi
gerakan yang satu dengan organisasi gerakan lainnya, dengan cara berfariasi,
tetapi dalam bentuk yang sama.
Titik
Bangkit: Persatuan
Lihat
Indonesia sebagai contoh. Mereka dijajah dan diadu domba Belanda, sehingga
rakyat Indonesia yang banyaknya mungkin 15x lebih banyak dari jumlah penjajah
itu masih tetap dijajah Belanda yang nyatanya minoritas jumlahnya. Itulah
dasyatnya politik adu domba, devide et impera Belanda, sehingga selama 350
tahun lebih, Indonesia dijajah Belanda.
Bangkitnya
Indonesia yang sesungguhnya adalah ketika para pemuda Indonesia bersatu, dan
melakukan koalisi bersama, yang kita kenal sekarang, Kongres Pemuda Indonesia I
dan Kongres Pemuda Indonesia II. Di sanalah, para pemuda Indonesia tanpa
perwakilan Papua ketika itu- sadar, bahwa mereka dijajah, dan bersatu.
Mereka
bersumpah bersama, dan semangat sumpah pemuda itu mempersatukan langkah
perjuangan mereka, sehingga tak lama kemudian, Indonesia Merdeka, bebas dari
belenggu penjajahan.
Perlu
ada Momentum Pas
Momentum
atau waktu yang pas sangat penting diperhatikan. Indonesia merdeka dan dapat
dipertahankan hingga kini, karena telah memproklamirkan diri pada saat yang
pass, dimana ketika itu, Jepang panik karena baru saja bom atom
meluluhlantakkan dua kota vital mereka, Hiroshima dan Nagasaki. Indonesia
merdeka saat Jepang telah menyerah tanpa syarakt kepada Sekutu, dan tidak dapat
berbuat apa apa lagi.
Mereka
juga memproklamirkan diri, ketika saat itu, semangat rakyat untuk merdeka telah
dibangkitkan paum muda Indonesia zaman itu. Kesadaran akan pentingnya
kemerdekaan telah ada pada masyarakat. Sehingga mereka dengan segenap daya
upaya mempertahankan republik mereka yang baru berdiri
***
Kini,
angkatan muda, sadarlah: Kau adalah singa yang tertidur. Ayo, bangkit. Kau
adalah tumpuan harapan. Jika bukan kau yang berdiri di garis terdepan, siapa
lagi yang kau harap? Jika bukan darahmu yang tidak tertumpah, lantas siapa yang
kan bersedia membebaskan bangsamu dari tirani penjajahan dengan rela korbankan
darahnya?
Angkatan
muda Papua, kau singa! Kau kuat! Sadarlah, bersatu menyusun kekuatan, dan maju
rebut kemerdekaan dengan pengorbanan darah dan keringat kita!. Kita angkatan
muda Papua adalah generasi penanggung derita untuk bahagia cucu-cicit kita!
Biarkan darah dan keringat kita jadi alas jalan panjang perjuangan ini. Patrick
Yakobus adalah aktivis Papua
0 komentar:
Posting Komentar