KOTA JAYAPURA - Gempa berkekuatan 7,2 skala richer (SR) mengguncang Kabupaten Mamberamo Raya pada Selasa (28/7) pukul 06.41 WIT seperti di lansir oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pusat gempa yakni di 75 km Tenggara Mamberamo Raya, 81 km Timur Laut Tolikara, dan 99 km Barat Laut Mamberamo Tengah.
Pusat gempa di darat pada kedalaman 49 km. Kendati gempa tidak berpotensi tsunami, dilaporkan gempa selama 4 detik dirasakan sangat kuat goncangannya.
Bukan saja di Mamberamo, gempa ini jugadirasakan oleh warga di kabupaten lainnya diantaranya Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak, Kabupaten Serui, Kabupaten Nabire hingga Kabupaten Mimika.
Di Serui, Kabupaten Yapen, salah seorang warganya, Hen mengatakan saat gempa terjadi saat warga tengah tidur terlelap.
Kendati guncangan dirasakan hanya sebentar namun warga sempat panik dan berhamburan ke luar rumah. “Guncangan tidak lama namun kencang. Warga sempat panik namun belum kita pantau kondisi di kota,” ujar Henke pada Radio Republik Indonesia, Selasa (28/7). Dia juga memastikan tidak ada kerusakan di sekitar sekililing rumahnya.
Selain di Serui, gempa tersebut juga dirasakan di Timika, Kabupaten Mimika, Abdul warga jalan Pendidikan, Kota Timika mengakui dampak dari gempa tersebut dirasakan pada pagi hari. "Semua orang pada kaget dan panik, meski goncangannya tidak kencang, semoga tidak ada yang menjadi korban," ujarnya pada laman Facebooknya.
Sedangkan di Kabupaten Sarmi, ribuan peserta Jambore Pramuka Papua, berlarian saat merasakan adanya guncangan gempa.
Sebelumnya Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamberamo, Yonas Taudufu, mengatakan gempa ini tidak terlalu berdampak terhadap warga di Mamberamo Raya yang tinggal di wilayah kota dan distrik.
Namun pihaknya saat ini sedang menuju lokasi terjadinya gempa itu untuk memeriksa kepastian ada tidaknya korban dari bencana tersebut. "Saat ini BPBD Mamberamo sedang berupaya mencapai pusat gempa dan memantau keadaan di lokasi kejadian.
Untuk itu petugas mesti menyeberangi Sungai Mamberamo," ujarnya. Diakui lokasi gempa berjarak 75 kilometer di tenggara kota Kasonaweja, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menuju kesana.
"Namun sulitnya akses menyebabkan pemantauan tersebut baru bisa dilakukan setelah kurun waktu 4 hingga 5 jam," ujar Yonas "Kami sedang ke lokasi untuk bisa memberikan informasi akurat keadaan di sana."
Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pusat gempa berada di darat pada kedalaman 49 km. “Namun, gempa tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Gempa ini membuat masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah. Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan bangunan dan korban jiwa. “Wilayah yang sulit dijangkau dan keterbatasan aksesibilitas menyebabkan kesulitan pemantauan,” ujarnya. Diakuinya BPBD Provinsi Papua masih berkoordinasi dengan BPBD dan aparat setempat. Pendataan juga masih dilakukan. Berdasarkan gempa yang dirasakan tercatat di Jayapura II-III MMI, Sarmi IV MMI, Wamena III MMI, Sentani II-III, dan Biak II-III.
Artinya gempa dirasakan lemah di daerah-daerah di luar pusat gempa. Wilayah di utara daratan di Provinsi Papua seperti di Kabupaten Yapen, Waropen, Jayapura, dan Mamberamo rawan gempa. Di wilayah ini ada sesar aktif yaitu Sesar Yapen bergerak ke barat-timur rata-rata 2-5 cm per tahun, dan Sesar Mamberamo.
Ia menjelaskan, berdasarkan sejarah gempa di daerah ini pernan terjadi gempa besar seperi gempa 7,9 (1926), 8,1 SR (1971). “Daerah Indonesia bagian Timur rawan gempa dan tsunami. Namun, terbatasnya riset mengenai gempa dan tsunami, juga infrastruktur kebencanaan di daerah ini menyebabkan belum dapat ditemukan dan kenali karakteristik gempa dan tsunami,” katanya. [RRI/Papuanesia/Antara]
0 komentar:
Posting Komentar