Pendeta Phil Karel Erari, KetuaPGI. Jubi/IST |
Yogyakarta, Jubi – Ketua Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Phil Karel Erari, minta Komnas HAM RI buka suara untuk menyelesaikan kasus pembantaian oleh militer Indonesia yang menewaskan empat siswa SMA, 8 Desember 2014.
Satu orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka, saat beberapa orang berpakaian preman dan bersenjata melakukan penembakan terhadap delapan warga sipil di Ugapuga, Kamuu Timur, Kabupaten Dogiyai, Kamis (25/6) sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
“Papua bukan hunting ground setelah Timtim dan Aceh. Atas nama kemanusiaan, saya minta Pak Abas, adik Natalis Pigai, Sandra Moniaga, dan kawan-kawan Komnas HAM, bersuara dan usut tuntas dua kasus ini,” tulis Pdt. Phil Karel Erari, yang dikutip Jubi dari akun media sosialnya, yang diunggah Senin (29/7/2015).
Dikatakan, Pdt Erari, yang maha penting yang perlu diberi tanggapan dan dukungan adalah desakan kepada Jokowi, agar kasus Paniai, 8 Desember 2014, dan kasus penembakan 6 pelajar SMP di Dogiay, Juni 2015 ini segera diusut oleh Komnas HAM.
“Apapaun kesalahan mereka, ada proses hukumnya, bukan main tembak,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, korban tewas di Ugapuga, pekan lalu, adalah Yoseni Agapa (15). Korban luka-luka adalah Melianus Mote (16), Podepai Agapa (14), Yulius Agapa (17), Yunias Agapa (16), Feri Goo (15), Neles Douw, dan Menki Agapa.
Menurut keterangan Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Dogiyai, David Pigai, peristiwa penembakan terjadi bermula dari pemalangan jalan.
“Awalnya mereka (korban) pulang sekolah melewati jalan Trans. Tiba-tiba mobil lewat tujuan Nabire –Enarotali menabrak anjing. Mereka (korban) hendak memalang kendaraan yang menabrak dan minta pertanggungjawaban. Namun tiba-tiba dari dalam kendaraan keluar orang berpakaian preman dan langsung menembak mereka,” katanya.
Korban atas nama Yoseni Agapa (15) tertembus peluru pada dada sehingga tewas di tempat. Yulius Mote (16) mengalami luka robek dengan pisau pada tangan kiri. Korban luka-luka lainnya belum diidentifikasi luka-lukanya. (Arnold Belau)
0 komentar:
Posting Komentar