Pasukan Kopasus |
Merdeka.com - Berkat prestasinya selama menjalani tugas, 20 prajurit TNI AD dianugerahi Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB). Penganugerahan tersebut dilakukan dalam acara Apel Dansat TNI AD Terpusat TA 2015 yang dipimpin secara langsung oleh Kepala Staf TNI AD Jenderal Gatot Nurmantyo.
Dari ke-20 nama yang mendapatkan penghargaan, empat di antaranya diperoleh anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Mereka dianggap telah berhasil menjalani tugasnya untuk menanggulangi aksi-aksi separatis, baik dengan cara damai maupun pengejaran.
Serka Sutrisno dari Grup 2 Kopassus dinilai berhasil mengajak tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) Lambert Pekikir dan Militer Murib bersama 19 pengikutnya kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua pimpinan OPM ini menyatakan keluar dari organisasi tersebut dan kembali ke kampung halamannya. Bahkan, Lambert sendiri mengaku ingin mendamaikan OPM untuk kembali bersatu dengan Indonesia.
Lain halnya dengan Sertu Slamet dengan dua anak buahnya yang berasal dari Sat-81 dan Grup 2 Kopassus. Mereka berhasil melumpuhkan pimpinan OPM Timika Wonda bersama Kodam XVII/Cenderawasih setelah sempat terlibat kontak senjata. Tak hanya itu, ketiganya juga berhasil mendapatkan dua pucuk senjata.
Slamet dan sejumlah pasukan Yonif 751 terlibat dalam baku tembak di Tingginambut, Puncak Jaya, Sabtu (8/5/2014) sekitar pukul 05.33 WITA. Setelah proses identifikasi jenazah, TNI memastikan korban tewas adalah Timika Wonda.
"Dalam kontak tembak tersebut, prajurit TNI berhasil melumpuhkan salah satu komandan gerakan pengacau keamanan bernama Timika Wonda," kata Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya.
Informasi dari TNI, Timika Wonda adalah orang kepercayaan Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka Jenderal Goliat Tabuni.
Timika Wonda dan kelompoknya beroperasi di kawasan Tingginambut, Puncak Jaya. Mereka sering mengganggu rakyat yang tak bersimpati pada perjuangan OPM. Kelompok bersenjata ini pula yang beberapa kali menembaki TNI, Polri dan masyarakat.
Bagi Goliat Tabuni dan kelompoknya, Papua merdeka adalah harga mati. Goliat menolak mentah-mentah tawaran damai dari pemerintah Indonesia.
Dia juga menolak tawaran pemberian rumah dari pemerintah jika mau turun gunung.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Christian Zebua membalasnya dengan ancaman akan menindak tegas terhadap siapa saja yang berusaha mengganggu keamanan dan rakyat di Papua.
0 komentar:
Posting Komentar