Sekjen ULMWP, Octovianus Mote dan Juru Bicara ULMWP, benny Wenda saat memberikan pidato dalam sesi pleno MSG - Victor Mambor |
Honiara, Jubi –
Delegasi Indonesia bereaksi keras terhadap pidato yang disampaikan oleh
Sekretaris Jenderal (Sekjen) United Liberation Movement of West Papua (ULMWP)
dalam sesi pleno pertemuan Melanesia Spearhead Group.
Oktovianus Mote, Sekjen ULMWP dalam
pidatonya sebagai observer, dihadapan para pemimpin Melanesia Spearhead Group
(MSG) mengatakan ULMWP berdiri di hadapan MSG untuk menegaskan bahwa mereka
telah memenuhi syarat yang diminta oleh MSG pada pertemuan MSG di Noumea, Kaledonia
Baru tahun 2013 lalu.
“Orang-orang Papua Barat bersatu di
bawah kepemimpinan ULMWP. Dan kesatuan kami didukung oleh orang-orang
Melanesia. Kepemimpinan kami telah dilegitimasi oleh lebih dari 55.000 orang
yang menandatangani petisi mendukung aplikasi ULMWP untuk keanggotaan penuh.
Banyak dari pemohon tersebut telah ditangkap, dipenjara dan disiksa,” ujar Mote
dalam pidatonya itu.
Selama 53 tahun, lanjut Mote, bangsa
Papua telah berjuang menghadapi penguasa kolonial Indonesia. Selama 53 tahun
ini juga, bangsa Papua telah mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang
paling berat: penyiksaan, pembunuhan, pemerkosaan, penangkapan dan penahanan
sewenang-wenang. Setidaknya 500.000 telah dibunuh.
Mote juga mengklaim kejahatan
Indonesia terhadap orang Melanesia di Papua Barat telah diakui secara luas di
berbagai tingkat pemerintahan internasional dan regional (di Uni Eropa, Dewan
Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Forum Pulau Pasifik, dan MSG).
“Sepuluh tahun yang lalu, Juan
Mendes, pelapor khusus PBB untuk Pencegahan Genosida menyebutkan Papua Barat
sebagai salah satu dari sepuluh negara di seluruh dunia akan punah jika tidak
ada perhatian internasional. Berbagai akademisi dan organisasi hak asasi
manusia internasional telah merinci genosida yang terjadi di Papua Barat. Dalam
5 tahun kedepan, orang asli Papua akan kurang dari 29% dari populasi di tanah
kami sendiri. Identitas Melanesia kami, identitas Kristen kita berada di bawah
ancaman gelombang besar migran dari Indonesia yang didominasi Asia dan Muslim,”
kata Mote.
Pidato Mote ini mendapatkan reaksi
keras oleh delegasi Indonesia. Usai sesi pleno, Wakil Menteri Luar Negeri,
Wiwik Setyawati Firman yang memimpin delegasi Indonesia langsung memberikan
pernyataan pers atas pidato Sekjen ULMWP itu.
“Kami menolak semua tuduhan yang
tidak berdasar dan palsu yang disampaikan oleh organisasi yang menamakan diri
mereka ULMWP. Kami sama sekali tidak tertarik untuk memanfaatkan forum ini
dalam hal-hal yang tidak produktif dan tidak konstruktif,” demikian rilis pers
yang disampaikan oleh delegasi Indonesia kepada wartawan di Honiara.
Delegasi Indonesia juga mengatakan,
sebagai negara demokrasi, Indonesia menghormati hukum dan menghargai persamaan
hak manusia dibawah aturan negara Indonesia.
“Melalui catatan kami ini, kami
meminta agar kita menahan diri untuk memberikan pernyataan yang tidak berkaitan
dengan dari tujuan dan sasaran dari organisasi MSG ini,” tulis delegasi
Indonesia, diakhir siaran persnya. (Victor Mambor)
0 komentar:
Posting Komentar